Jakarta, -- Presiden Rusia pada Selasa (11/9) menegaskan bahwa negaranya dan berencana mengurangi pembayaran menggunakan dalam perdagangan internasional. Kedua negara disebut Putin berkomitmen untuk lebih sering menggunakan mata uang nasional sendiri. "Rusia dan China telah sepakat akan meningkatkan penggunaan mata uang kedua negara lebih aktif lagi dalam sistem pembayaran," kata Putin kepada jurnalis dalam jumpa pers bersama Presiden China Xi Jinping, seperti dilansir dari .
Putin dan Xi Jinping hadir dan berbicara dalam sebuah forum ekonomi di Kota Vladivostok, Rusia.Kata Putin, penggunaan mata uang nasional akan meningkatkan stabilitas bank dalam melakukan ekspor dan impor di tengah risiko yang harus dihadapi di pasar global.Pernyataan Putin tersebut dikeluarkan di tengah memburuknya hubungan Rusia dengan sejumlah negara Barat. Memburuknya hubungan dengan Barat dipicu oleh aneksasi Rusia terhadap Krimea pada 2014 silam. Rusia juga mendukung kelompok separatis di kawasan timur Ukraina.
Sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Dalam beberapa bulan terakhir Amerika Serikat bahkan menjadi negara paling sering menerapkan sanksi terhadap Rusia. Sikap AS tersebut dilatari kecurigaan bahwa Rusia mengintervensi proses pemilihan presiden AS 2016 silam, serta tewasnya bekas agen ganda Sergei Skripal beserta anaknya di Inggris. Sejumlah sanksi AS itu membuat nilai tukar ruble Rusia terhadap dolar AS dan euro terus melemah. Hal serupa juga dialami mata uang China, yuan. Namun Putin tak panik menyikapi itu.
Pada Juli, Putin mengatakan bahwa perselisihan politik telah merusak status dolar AS sebagai mata uang internasional. Di sisi lain, mata uang China, yuan, disebut memenuhi syarat untuk menggantikan status dolar AS tersebut.
No comments:
Post a Comment