Jakarta, -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika () memasang 20 unit sensor (portable seismograf) di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Sensor tersebut dipasang di seluruh titik-titik pergeseran yang aktif di wilayah Palu hingga ke bagian tenggara Sulawesi Tengah. "Alat ini kami pasang sampai 40 hari ke depan," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Saldy, seperti dikutip dari Antara, Senin (23/10).Pemasangan alat tersebut, menurut dia, dilakukan guna mendapat pergeseran titik. Ke depannya, pihaknya akan terus menambah sensor agar juga dapat mendeteksi gempa-gempa kecil.Selain itu, BMKG juga telah melakukan survei terkait peta inundasi tsunami atau seberapa jauh air laut dapat masuk ke darat dan seberapa tinggi gelombang tsunami tersebut.
Data-data survei itu, kata dia, akan digabungkan bersama data badan Geologi Kementerian ESDM, Kementerian PUPR dan ATR/BPN, sehingga menghasilkan data yang sangat komprehensif, untuk dioptimalkan secara bersama-sama.Saldy juga meyakinkan bahwa pihaknya bekerja 24 jam selama 7 hari, dengan pusat pemantauan gempa secara nasional."Kami memonitor gempa tiap hari, yang di atas atau pun di bawah 5 Skala Richter (SR) untuk seluruh Indonesia," jelasnya.Hasil pemantauan kemudian didiseminasikan melalui BPBD atau multimode baik melalui SMS, media sosial, hingga aplikasi BMKG pada ponsel pintar.
"Untuk ponsel pintar, ada info-info BMKG yang dapat dilihat setiap hari, seperti cuaca dan gempa," katanya.Dia berharap dengan informasi tersebut, masyarakat di daerah gempa dapat mengambil tindakan secepatnya, seperti melakukan evakuasi secara mandiri.Hasil survei tsunami dari 18 lokasi yang dilakukan BMKG, diketahui lokasi tsunami tertinggi pada Jumat (28/9), yakni 10,67 meter berada di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore. Kemudian, lokasi jarak genangan tsunami terbesar 468,8 meter berada di seputaran Hotel Mercure, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Timur.
No comments:
Post a Comment